Friday 27 May 2011

Perkataan metafisika berasal dari bahasa Yunani meta yang berarti selain, sesudah, atau sebalik, dan fisika yang berarti alam nyata. Maksudnya ialah: ilmu yang menyelidiki apakah hakikat di balik alam nyata ini. Persoalannya adalah menyelidiki hakikat segala sesuatu dari alam nyata dengan tidak terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh pancaindra saja.
Ilmu metafisika juga sering dinamakan ontology yang berarti ilmu hakikat. Dengan itu orang menyelidiki alam nyata ini bagaimana keadaan yang sebenarnya. Ilmu ini dianggap sangat penting karena dari pengalaman hidup manusia sehari-hari ternyata bahwa untuk melihat, mengukur, atau menghukumkan bagaimana keadaan yang sebenarnya dari suatu benda itu, maka manusia selalu dikacaukan oleh dua perkara:
1. Ketidaktetapan (relativitas) yang ada pada benda yang kita nilai.
2. Ketidaktetapan (relativitas) yang ada pada pancaindera kita sendiri.

Misalnya kita lihat suatu benda es dalam keadaan beku, tetapi kemudian menjadi cair (air). Yang jadi persoalan adalah apakah es dan air itu berkeadaan satu hakikat yang sama atau berobah hakikat yang lain (dua hakikat)?
Begitu juga ketidaktetapan yang ada pada diri kita sendiri. Misalnya untuk menilai panasnya hawa dalam satu kamar yang sama adalah berbeda antara penghuni yang lama dan yang baru. Juga penglihatan, pandangan dan penciuman manusia selain tidak sama kesanggupannya antara manusia satu sama lain juga pada seorang manusia sendiri selalu berobah dipengaruhi oleh penyakit, pertumbuhan badan dan pengaruh keadaan sekitarnya.
Dalam hal di atas tentu saja menyukarkan penilaian kita, dan keran itu pula timbullah bermacam-macam pendapat yang berbeda dalam pembahasan metafisika itu.
Dalam pembahasan metafisika seorang membaginya dalam bermacam-macam persoalan yang sering berbeda pembagiannya satu sama lain. Pembagian yang lebih ringkas adalah ontologi dan teologi.

Pasal 1 ”Ontologi”
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan Bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang sudah dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama kenyataan yang berupa materi (kebendaan) dan kedua kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Menghadapi dua macam kenyataan inilah tempatnya perbedaan antar fisika dan metafisika. Dalam ilmu fisika (ilmu alam) pembahasannya hanya terbatas pada adanya alam lahir yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Adapun alam batin (rohani) tidak dipersoalkan oleh ilmu fisika. Di balik kenyataan lahir ini dianggap seperti tidak ada saja.
Selanjutnya ontologi mempersoalkan bagaimanakah hakikat dan hubungan antara dua macam kenyataan itu?
Apakah dua macam kenyataan itu berlainan hakikatnya satu sama lain ataukah merupakan satu hakikat yang berupa dua kenyataan? Kalau dua hakikat bagaimana hubungannya satu sama lain hingga berjalan sejajar bersama-sama? Dan kalau satu hakikat kenyataan yang manakah yang menjadi inti atau pokok (asal) dari hakikat itu? Kenyataan yang lahir ini (materi) atau kenyataan yang batin (rohani).
Demikianlah dalam pembahasan-pembahasan ini timbullah empat macam aliran pendapat dalam filsafat metafisika itu yakni:
a. Dualisme (serba dua)
b. Materialisme
c. Idealisme (Spiritualisme)
d. Agnosticisme


Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa alam maujud ini terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptkan kehidupan dalam alam ini. Contoh lain yang jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Descartes salah seorang tokoh dualisme menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan ”dunia ruang” (kebendaan). Aristoteles menamakannya sebagai materi dan forma (bentuk yang berupa rohani saja).
Umumnya manusia tidak sukar menerima prinsip dualisme ini, karena kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh pancaindera kita, sedang kenyataan batin dapat segera diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.
Sebagai lawan daripada aliran dualisme ini ialah aliran monisme. Aliran ini mengganggap bahwa hakikat yang asal daripada seluruh kenyataan ini hanyalah satu hakikat saja, tidak mungkin dua. Hanya dari selintas penglihatan saja seakan-akan ada dua hakikat itu. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal baik yang asal berupa materi atau pun berupa rohani. Tidak mungkin dua hakikat masing-masing bebas, berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok yang dominan menentukan prkembangan yang lainnya.
Monisme yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi dinamakan orang aliran materialisme, sedang sebaliknya monisme yang menganggap sumber yang asal berupa rohani dinamakan orang aliran idealisme atau spiritualisme.


Materialisme

Aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu yang lainnnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau roh itu menurut paham materialisme hanyalah merupakan akibat saja daripada proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.
Materialisme kadang-kadang disamakan orang dengan naturalisme. Sebenarnya ada sedikit perbedaan di antara dua paham ini. Naturalisme ialah aliran filsafat yang menganggap alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. Tuhan yang di luar alam tidak ada. Sedang yang dimaksud alam (natural) di sana ialah segala-galanya, alam meliputi benda dan roh. Jadi di sini benda dan roh sama nilainya dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nila benda dan roh seperti dalam naturalisme. Namun begitu materialisme dapat dianggap sebagai suatu penampakan diri dari naturalisme.

Biasanya materialisme disangkut-pautkan dengan teori atomistik (atomisme) dalam bentuknya yang kuno (klasik). Menurut teori ini semua benda tersusun dari sejulah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap, tak dapat dirusakkan. Dan bagian-bagian yang kecil dari unsur-unsur itulah dinamakan atom-atom.

Atom-atom dari unsur yang sama rupanya sama pula, sedang atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda rupanya pun berbeda pula. Tetapi, perbedan dan itu hanya mengenai besarnya dan beratnya. Atom-atom dari unsur yang sama atau unsur yang berbeda bersatu jadi molekul yang terkecil dari atom-atom itu. Selanjutnya atom-atom dengan kesatuannya molekul-molekul itu bergerak terus dengan menuruti undang-undang tertentu.

Kesimpulan-kesimpuln penting dapat kita tarik dari pendapat materialisme mengenai atomistik ini ialah sebagai berikut:
1. Yang nyata ini hanyalah berupa atom-atom dan gerakan gerakannya
2. atom-atom itu bersifat abadi dan berobah-obah wujudnnya dan tidak rusak.
3. atom-atom dan gerakannya ttu hanyadapay dikirakan (di tentukan) menurut jumlahnya.
4. atom-atom itu bertingkah laku dalam berkumpulnya dan berpisahnya menurut undang-undang yang tepat.
5. semua keadaan dan kejadian dapat dijelaskan selengkap lenkapnya dari tingkah laku atom-atom itu

Dari kesimpulan-kesimpulan di atas nyatalah aliran materialisme menganggap, kenyataan ini benar-benar merupakan mekanis seperti suatu mesin yang besar.

Filsafat Yunani yang pertama kali timbul ialah juga berdasarkan materialisme. Mereka disebut kaum filsafat alam (natuur-filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-unsur kebendaan yang pertama.

Thales (625-545 SM) menganggap bahwa unsur asal itu ialah air. Anaximandros (610-545 SM) menganggap bahwa unsure asal itu ialah apeiron yakni suatu unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 SM) menganggap bahwa unsur asal itu ialah udara.

Akhirnya tokoh terakhir dari kaum filsafat ala mini (alam baru) yakni Demokritos (k.l. 460-360 SM) menganggap bahwa hakikat ala mini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan amat halusnya. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos inilah tampak pendapat materialisme klasik yang lebih tegas.

Ajaran-ajaran atomistic (materialisme) dari Demokritos itu dapat dikemukakan dalam dalil-dalil sebagai berikut:n
1. Dari yang tidak ada tidak akan terjadi apa-apa. Apa yang ada tak dapat ditiadakan lagi. Semua perobahan hanya merupakan percampuran dan perpisahan dari bagian.
2. Tidak ada suatu peristiwapun yang terjadi dengan kebetulan. Semua terjadi dari satu dasar dan dengan kepastian.
3. Tidak ada yang lain dalam alam ini kecuali atom-atom dan ruang yang kosong.
4. Atom-atom itu tak terhitung jumlahnya dan bentuknya berbeda-beda.
5. Atom-atom yang lebih besar dengan melalui ruang kosong itu melabrak atom-atom yang lebih kecil dan dengan itu pula terjadilah gerakan-gerakan terus-menerus yang mengembangkan kejadian ini.
6. Bangun dan rupa benda yang berbeda-beda dalam alam ini adalah disebabkan dari keadaan yang beraneka-ragam dari atom-atom yang berbeda jumlahnya, besarnya, bentuknya, susunannya.
7. Jiwa juga terdiri dari atom-atom, hanya saja bentuk atomnya halus, licin dan bulat, serupa dengan atom-atom api. Atom-atom jiwa ini mempunyai sifat gerak yang paling banyak dan dengan grakannya yang meliputi segenap badan lalu timbullah gejala-gejala hidup olehnya.

Perkembangan Materialisme
Di abad-abad pertama Masehi paham materialisme tidak mendapat pasaran. Juga di zaman abad pertengahan paham materialisme dianggap orang aneh dan mustahil. Baru di zaman Aufklarung (pencerahan) materialisme mendapat penganut yang penting di Eropa Barat. Sebabnya slain orang tertarik kepada prioritas yang diberikannya kepada kbijaksanaan akal (rasionalisme) dan entingnya pengalaman (empirisme) juga orang-orang di Barat sudah terlalu jemu dengan khayalan-khayalan kaum pendeta (clericalisme).

Terutama pada pertengahan abad ke-19 materialisme tumbuh subur sekali di Barat. Faktor terpenting yang menyebabkannya adalah bahwa orang dengan materialisme mempunyai harpan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan terutama dari ilmu pengetahuan alam. Selain itu paham materialisme itu praktis tidak memerlukan dalil-dalil muluk yang abstrak, juga teori-teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang mudah dimengerti.

Tambahan lagi teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan yang sudah umum.

Tetapi walaupun begitu kemajuan materialisme mendapat tantangan yang hebat kaum agama di mana-mana. Sebabnya materialisme abad ke-19 terang-terangan tidak mengakui adanya Tuhan (atheisme) yang sudah diyakini mi mengatur budi masyarakat.

Dalam pada itu kritik pun datang dari kalangan ulama-ulama Barat yang menentang materialisme lepas dari sentimen keagamaan. Adapun kritik-kritik itu di antaranya:
1. Materialisme mengatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau balau), padahal (menurut Hegel) kacau-balau yang mengatur bukan lagi kacau-balau namanya.
2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam; padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri, padahal dalil itu tambah menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling bersahaja sekali pun. Kalau orang berkata bahwa peristiwa berpikir (kesadaran) itu adalah gerakan dlam otak, sudah jelaskah soal itu bagi kita? Bagaimanakah mungkin gerakan sel-sel otak itu sama dengan pikiran? Kalau pikiran itu hanya gerak sel-sel saja lalu apakah bedanya pikiran yang baik dengan pikiran yang buruk, sedang keduanya sama-sama gerakan belaka?

Dalam hal ini seorang anti materialisme (Friedrich Paulsen) berkata: ”Kalau materialisme itu benar maka sungguh segala sesuatu di dunia ini akan dapat diterangkan termasuk bagaimana atom itu dapat membentuk teori materialisme itu sendiri yaitu dapat berpikir dan berfilsafat. Ternyata hal itu sama sekali tak dapat diterangkan oleh kaum materialisme.


Idealisme

Idealisme adalah lawan materialisme.Idealisme disebut juga spiritualisme. Idealisme berarti serba–cita sedang spiritualisme berarti serba-roh.

Aliran ini menganggap bahwa hakikat i yang beraneka warna ini semuanya berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu. Pokoknya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak menempati ruang. Menurut anggapan aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan rohani.

Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah Manusia menganggap bahwa roh atau sukma itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.

0 comments:

Post a Comment