BAHASA
Oleh : Dr. Ibrahim Mustafa dkk.
Dipopulerkan oleh : Dr. Ibrahim Madkour
Penerbit : Al-Maktaba al-Islamiyah-Istanboul
Dimensi buku : 20x15x4 cm
Edisi : Vol 1 & 2 dalam satu edisi 1106 halaman
Cetakan : ke 4
Sekilas pandang tentang al-mu’jam al-wasith :
Al-mu’jam al-wasith merupakan kamus yang disusun khusus untuk yang ingin mendalami bahasa Arab. Beberapa kata yang sulit diberi contoh dalam penggunaan sehari-hari dipaparkan dengan jelas dalam kamus ini, sehingga memudahkan dalam pemahaman maksud kata tersebut. Kamus ini disusun berdasarkan aturan ilmu perkamusan (leksikografi).
Tinjauan al-Mu’jam al-wasith dalam berbagai sudut pandang
Dengan meningkatnya kebutuhan akan kamus. Jenis-jenis kamus di dunia semakin lama semakin banyak dan bervariasi. Kesemuanya ini memiliki kekhususan sendiri dalam berbagai aspeknya. Aspek-aspek ini antara lain pengguna kamus, methode penyusunan, jumlah bahasa yang digunakan, ukuran kamus dll. Aspek-aspek inilah yang kemudian mendorong timbulnya banyak jenis-jenis kamus yang mengikuti aspek-aspek tersebut.
Begitu pula halnya dengan al-mu’jam al-wasith. Mu’jam ini pun apabila ditinjau dari berbagai aspek tersebut dapat terlihat masuk klasifikasi yang manakah al-mu’jam al-wasith ini. Berikut ini tinjauannya :
Dasar penyusunan kamus :
Kamus secara umum apabila dilihat dari klasifikasi ini maka dapat dikategorikan kedalam kamus lafdzhiy dan kamus ma’nawiy. Seorang pembuat kamus apabila ia ingin mema’nai sesuatu yang masih samar dalam ma’nanya maka tentunya ia tidak akan pernah terlepas dari aspek ma’na dan pengucapan atau penguraian katanya ataupun tingkat penggunaannya dalam pengujaran. Apabila input lafadzh untuk suatu kamus beranjak dari lafazdhnya itu sendiri maka kamus tersebut dapat dikelompokan kedalam salah satu jenis kamus alfabetis. Sementara apabila ma’ma umum yang dikandung oleh suatu kata dipecah lagi kedalam baik ma’na-ma’na lain yang dikandungnya maupun ungkapan-ungkapan yang beranjak darinya.
Maka apabila dilihat dari segi ini al-mu’jam al-wasith dapat dikelompokam kedalam kelompok kamus lafdzhiy. Sebenarnya pada perkembangannya dasar penyusunan kamus ini akan selalu berkaitan dengan methode penusunan suatu kamus. Oleh karena itu klasifikasi ini akan lebih diperjelas di klasifikasi ke 2 yaitu methode penyusunan kamus.
Methode penyusunan kamus :
Sebagaimna yang telah dipaparkan di atas dasar penyusunan kamus akan selalu berkaitan dengan methodenya itu sendiri. Seperti yang kita ketahui terdapat 2 dasar penyusunan kamus yaitu lafdzhiy dan ma’nawiy. Maka methode penyusunan kamus didasarkan atas ke 2 hal ini. Kemudian yang berdasarkan lafadzh ini dibagi lagi menjadi 2 yaitu yang mengikuti huruf hijaiyyah ada pula yang mengikuti struckturnya. Yang mengikuti huruf hijaiyyah ini ada yang mengikuti urutan fonem menurut tingkat kesulitan pengucapannya baik dari yang paling mudah atau pun yang paling susah, atau yang mengikuti urutan alfabetis baik dari awal urutan alphabet sampai akkhir atau pun sebaliknya yaitu dari urutan terakhir sampai yang pertama.
Dilihat dari klasifikasi ini maka al-mu’jam al-wasith dapat diklasifikasikan kedalam (معجم الترتيب الأفبائى حسب أوائل الكلمات بعد التجريد).
Kekhususan kamus :
Dari sudut pandang ini kamus dapat dibedakan menjadi general dictionaries dan special dictionaries. Kamus umum atau general dictionaries hanya mengulas masalah kosa kata pada penggunaannya secara umum. Sementara kamus khusus special dictionaries hanya membahas kekhususuan kebahasaan yang dimiliki oleh suatu bahasa. Seperti kamus idiom, kamus sinonim, antonym, kamus yang berkaitan dengan suatu nash tertentu atau orang tertentu, dialek dll.
Maka al-mu’jam al-wasith dapat diklasifikasikan kedalam general dictionaries karena kamus ini hanya membahas kosa kata bahasa arab secara umum tanpa ditonjolkan salah satu aspeknya.
Jumlah bahasa yang digunakan :
Apabila kita perhatikan kamus-kamus yang ada sekarang, maka terkadang kita menemukan variasi dalam jumlah bahasa yang disajikan pada kamus-kamus tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada kamus besar bahasa Indonesia yang hanya mengandung satu bahasa saja yaitu bahasa Indonesia. Kamus jenis ini ya’ni yang hanya berisikan satu bahasa disebut kamus mono lingual. Kamus jenis ini pada dasarnya ditujukan atau diperuntukna untuk penutur asli bahasa tersebut, walaupun kamus jenis ini pun tidak jarang digunakan dan dijadikan referensi oleh yang bukan penutur aslinya.
Sementara kamus yang lebih dari satu bahasa dibagi menajdi 2 jenis yaitu bilingual dan multilingual. Kamus bilingual merupakan suatu kamus yang mengandung 2 bahasa yang berbeda. Kamus seperti ini contohnya seperti al-kamil liththulaab karangan Yusuf Muhammad Ridha. Sementara kamus multilingual merupakan kamus yang mengandung lebih dari 2 bahasa seperti al-qaamuus alwajiiz fiy al-judzuuri al-‘ilmiyyah, yang didalamnya terdapat 4 bahasa yaitu latin, yunani, inggris dan arab.
Maka al-mu’jam al-wasith yang hanya menggunakan satu bahasa saja dapat dikelompokan kedalam kamus mono lingual. Ya’ni dalam kamus ini hanya menterjemahkan bahasa arab kedalam bahasa arab lagi.
Tingkatan umur penggunanya :
Al-mu’jam al-wasith apabila ditinjau dari segi penggunanya maka jelaslah bagi kita bahwasannya kamus ini ditujukan bagi orang yang memang mendalami bahasa arab bukan dari kalangan anak-anak. Maka dari itu dari segi umur penggunanya al-mu’jam al-wasith ditujukan untuk orang dewasa atau untuk mahasiswa.
Secara umum kamus-kamus di dunia dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Mu’jam untuk anak-anak (sebelum anak itu mengenyam pendidikan di sekolah).
2. Mu’jam untuk siswa sekolah dasar.
3. Mu’jam untuk pra-mahasiswa (ditujukan untuk yang telah melewati masa sekolah dasar dan sebelum memasuki masa kuliah, di Indonesia seperti SMP, SMA dll).
4. Mu’jam bagi mahasiswa.
5. Mu’jam untuk orang dewasa (para penggunanya biasanya merupakan orang-orang yang mendalami suatu bahasa seperti para peneliti bahasa (linguis), dosen, diplomat dll).
Ukuran kamus :
Dalam hal ini apabila kita melihat al-mu’jam al-wasith dari segi ukuran kamus maka kita dapat mengklasifikasikan al-mu’jam al-wasith kedalam kelas kamus al-wasith seperti namanya sendiri. Klasifikasi kamus dari segi ukuran kamus dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi. Yaitu sebagai berikut :
1. Kamus besar : 60.000 lebih input lafadzh.
2. Kamus menengah : 35.000 – 60.000 input lafadzh.
3. Kamus kecil/singkat : mencapai 30.000 – 35.000 input lafadzh.
4. Kamus saku : mencapai antara 5.000 – 15.000 input lafadzh.
Maka jelaslah input kamus al-mu’jam al-wasith menurut ukuran banyaknya dapat digolongkan kedalam kelompok kamus menengah. Kamus al-mu’jam al-wasith ini jumlah inputnya memang tidak sebanyak lisanu al-‘arab dan tahdzibu al-lughah, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam kamus besar.
Pengguna kamus :
Apabila dilihat dari segi pengguna kamus maka al-mu’jam al-wasith memanglah ditujukan bagi penutur asli bahasa Arab walaupun hal tersebut tidak menutup kemungkinan penggunanya pun dapat berasal dari bangsa non arab dan dijadikan referensi mereka. Hal ini didukung dengan penggunaan bahasa pada al-mu’jam al-wasith hanya terbatas satu bahasa saja yaitu bahasa arab, atau dengan kata lain kosa kata dalam bahasa arab diterjemahkan kedalam bahasa arab lagi.
Salah satu tanda yang lainnya yang menunjukan bahwasannya al-mu’jam al-wasith ini merupakan kamus yang ditujukan bagi penutur asli bahasa arab ialah bahwasannya tidak terdapat item-item yang biasa dilampirkan pada kamus-kamus yang ditujukan kepada pengguna kamus yang berasal dari bangsa lain (bukan penutur aslinya).
Bentuk kamus :
Pada awalnya kamus-kamus di seluruh dunia hanya berbentuk buku biasa yang merupakan gabungan kertas-kertas saja. Tapi bersamaan dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan masyarakat maka mulailah bermunculan kamus-kamus dan buku-buku dalam bentuk lain yang lebih variatif yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan pasar ataupun tingkat efisiensi penggunaannya.
Bentuk-bentuk lain itu antara lain :
1. Kamus elektronik.
2. Kamus dalam bentuk CD.
3. Gabungan kamus dalam berbagai macam aspeknya. Meliputi penyusunannya, kekhususannya, ukurannya dll yang digabungkan dalam satu wadah yang biasanya dalam bentuk software. Berbagai macam jenis kamus yang disajikan dengan methode yang berbeda-beda dapat digabungkan dalam software ini.
4. Kamus dalam bentuk suara, terkadang disertakan dengan tulisannya juga dalam bentuk software.
Tinjauan al-mu’jam al-wasith dari segi fungsinya
1. Dari segi menjelaskan makna
Al-mu’jam al-wasith sebagai suatu kamus yang ditinjau dari segi isinya cenderung diperuntukan bagi orang arab itu sendiri tentunya cukup memiliki kompetensi dalam hal ini. Dilihat dari ukuran kamusnya itu sendiri pun walaupun tidak bias disamakan dengan lisanu al-‘arab tetapi kamus ini jelas ditujukan untuk kalangan mahasiswa dan dosen.
2. Dari segi cara pengucapan
Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya pada penjelasan nomor 1, yaitu bahwasannya al-mu’jam al-wasith ini memang ditujukan bagi penutur asli bahasa arab, sehingga kita tidak akan menemukan item-item yang biasa ditemukan di kamus bilingual atau multilingual. Sehingga petunjuk semacam cara membaca tidak perlu dijelaskan lagi. Tetapi walaupun tidak ada tanda yang digunakan untuk menunjukan intonasi pengucapan tetapi dalam al-mu’jam al-wasith kita akan menemukan beberapa kosa kata yang dilengkapi dengan tanda baca dengan beberapa fungsi tergantung konteksnya.
3. Dari segi penguraian suatu kata
Sebagai kamus yang ditujukan bagi kalangan akademisi maka kita tentunya mendapati pemaparan perubahan suatu leksem dari leksem itu sendiri sebagai suatu akar kata sampai kepada proses derivasinya.
4. Penjelasan mengenai suatu kata dalam tataran sintaksis.
Dalam al-mu’jam al-wasith kita akan menemukan contoh penerapan suatu kata pada tataran kalimat pada setiap perubahan kata tersebut. Dengan cara ini kita dapat membedakan 2 kata yang memiliki makna yang mirip tetapi berbeda.
5. Penjelasan tentang perubahan yang diakibatkan oleh proses morfologis yang terjadi oleh suatu kata.
Tentunya hal ini menjadi unsur yang penting saat suatu kamus ditujukan untuk kalangan akademisi, sehingga dengan tidak adanya hal ini akan menjadikan suatu kamus kurang memiliki fungsi, karena terkadang seorang akademisi lebih merujuk kepada kamus untuk meninjau perubahan morfologis ini serta membandingkannya dengan kamus-kamus yang lain.
6. Dari segi encyclopedic information.
Pada kamus al-mu’jam al-wasith tidak terdapat encyclopedic information, hanya saja pada pemaknaan beberapa hal yang biasanya menyangkut nama binatang, atau tumbuhan, dan beberapa nama perabotan maka disertakan dengan gambarnya tanpa dibedakan letak babnya. Dengan begitu tidak ada bab khusus dalam al-mu’jam al-wasith yang berbicara tentang encyclopedic information, sedangkan gambar-gambar tersebut hanya menjadi penjelas bagi wujud benda, hewan atau tumbuhan yang dimaksud, tanpa disatukan dalam satu bab khusus.
والله أعلم بالصواب
0 comments:
Post a Comment